Kamis, 29 November 2012

Dari Aku, Potongan Masa Lalu

Tak ada yang tahu pasti soal perasaan kecuali dengan meyakininya sebagai perasaan. Sebuah cerita dari guratan masa lalu yang tak mau hilang meski usang termakan waktu.

Pagi yang sama, yang membuncahkan damba, yang menguatkan setia untuk orang yang paling sering ku sebut ketika berdoa.

Ada banyak cara menyebut nama mu disini. Bisa dengan lewat air mata yang melukakan senja, bisa juga lewat bibirku yang terbata mengucap sebuah derita.

Kini hanya maaf yang bisa dihadirkan di penghujung sebuah penantian yang tak tau kapan akan merapat ke tepian. Sebab, pagi itu kan tetap sama. Namun dengan harapan yang berbeda.

Habis sudah doa dalam kata, melebur dalam buraian air mata tiap kali menyebut melodi sebuah nama dan merasakanmu dari dekat. Dengan rindu yang melipatgandakan harapan tanpa sekat. Nama itu kadang masih bisa ku lihat terikat bersama lirih yang melekat dalam malam yang pekat.

Bukan aku bosan dengan kata-kata kepastian, melainkan selalu ada sedih yang mengemuka saat ku tahu kamu ditelan lelah yg membelah raga.

Kamu tahu?

Kamu adalah ketidakpastian yang begitu nyata. Kamu adalah sebuah kenyataan yang tak bisa dihadirkan dalam ruang dialegtika.

Kamu adalah lelahku menatap, diamku berucap, serta habisku berharap.

Kini, biarkan pagi itu menjadi hakiki, hak dimana hatiku ini tak akan pernah kau sakiti lagi meskipun hanya satu kali.

Dari aku, potongan kisah masa lalu mu yang tak mau lagi dirundung pilu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar