Kamis, 29 November 2012

Rindu, Ter MOKZHA ??

Sore tadi, sedikit ku dengar percakapan hujan dari balik pintu jendela. Dan kamu tahu apa kata hujan tentang kita?

Sedikit yang terekam dari asa, mereka melihat kita bagaikan seorang masinis tanpa kereta. Masinis yang ingin selalu melaju dengan jalan pikiran yang selalu terbuka.

Dan aku, aku hanya bisa mengamini setiap apa kata hujan bercerita. Itu fakta, dan apadaya itulah kita.

Jalan itu begitu jelas di depan mata, meskipun kadang sedikit kerikil mampu mengganggu jalannya gerbong kereta. Itu kita, kita adalah gerbong kereta yang saling terikat dan kurang begitu paham makna akan cinta.

Ibarat kereta, kita adalah kereta yang tak bermesin tapi ingin selalu cepat sampai ke tujuan. Tujuan akhir dari segalanya yang orang-orang dambakan. Kita terlupa, masih ada jutaan rindu yang harus dibebankan. Masih ada amin di setiap perjalanan yang akan kita tuju berdua.

Intinya, hujan tadi sore mengisyaratkan akan rindu bertemunya kedua mata. Mengajarkan akan suatu kesalahan yang ditanggapi dengan kesalahan berikutnya karena arogansi, emosi, dan sulut provokasi sering membuat yang awalnya benar menjadi kalimat semata yang terus pudar.

Hujan saja begitu hafal bagaimana caranya mereka menjatuhkan diri meski ribuan orang kadang mencaci. Mereka tak peduli berdansa meski aluran petir yang terkadang meledak membahana.

Memang begitulah seharusnya kita.

Oh iya, sebelum hujan tadi tiba, mendung juga telah bercerita tentang gelap yang tak selalu diakhiri dengan air mata.

Begitu juga kita, bahwa rindu tak harus selalu diawali dengan sebuah kata derita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar